Jumat, 31 Desember 2010

Perbandingan Sistem Tata Waktu Hijriyah dan Masehi

Perbandingan Sistem Tata Waktu Hijriyah dan Masehi



Tahun Hijriyah
Tahun Masehi
Dimulai hijrah Nabi Muhammad SAW
Dimulai dengan kelahiran Nabi Isa AS
Bulan Hijriyah
Bulan Masehi
Muharram
Januari
Syafar
Februari
Rabiul Ula
Maret
Rabiul Tsani
April
Jumadil Ula
Mei
Jumadil Tsani
Juni
Rajab
Juli
Sya’ban
Agustus
Ramadhan
September
Syawal
Oktober
Dzulqaidah
Nopember
Dzulhijjah
Desember
Hari Hijriyah
Hari Masehi
Ahad
Minggu
Senin
Senin
Selasa
Selasa
Rabu
Rabu
Kamis
Kamis
Jumat
Jumat
Sabtu
Sabtu
Pergantian Hari Hijriyah
Pergantian Hari Masehi
Petang Hari
Tengah Malam
Cara Konversi Jam Hijriyah dengan Jam Masehi (Biasa)
Karena perbedaan waktu antara jam Hijriyah dengan jam Masehi selisih 6 (enam) jam, maka dalam penentuan waktunya sangat berbeda. Misal, seorang anak lahir, pada hari Kamis jam 20.00 (jam 8 malam) menurut waktu Masehi, maka menurut waktu Hijriyah anak tersebut lahir pada hari Jumat jam 02.00 (baru 2 jam anak tersebut lahir pada hari Jumat.
Contoh lain, pada gambar jam di atas, jarum pendek menunjuk ke arah angka 2 jam Masehi (dan angka 8 jam Hijriyah) dan jarum panjang menunjuk ke arah angka 10.00 jam Masehi (dan angka 04.00 jam Hijriyah). Ini berarti waktu untuk jam Masehi menunjukkan jam 02.20 (jam 2 lebih 20 menit) sedangkan waktu untuk jam Hijriyah menunjukkan jam 08.20 (8 jam lebih 20 menit).
SISTEM TATA WAKTU DENGAN MENGGUNAKAN JAM HIJRIYAH
"Hai orang-orang yang beriman masuklah ke dalam Islam secara kaffah" (QS. Al Bagarah (2) : 208)
Pendahuluan
Ummat Islam menganut dua sistem almanak (penanggalan), yaitu gabungan sistem almanak qomariyah (lunar calendar system) dan sistem almanak syamsiyah (solar calendar system). Beberapa nash yang mendasari sistem almanak ini adalah:
"Dia menyingsingkan pagi (dari gelap), dan Dia menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) - matahari dan bulan untuk perhitungan (waktu). Itulah ketentuan (Nya), ..." (QS. Al An'am (6): 96).
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah 12 bulan, dalam ketetapan Allah. "(QS. Al Baqarah (2): 36.
"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan haq. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui" (QS Yunus (10):5).
Awal Hari pada Almanak Masehi :
"Dunia Internasional" pada umumnya, hari bagi mereka disepakati berawal dari "Garis Tanggal Internasional" (Internasional Date Line-IDL), yaitu garis bujur atau meridian (timer atau barat) geografis 180 (yang membentang dari Selat Bering di belahan bumi utara, melintasi Kepulauan Fiji di wilayah tropis, hingga di sebelah timer New Zealand). Wilayah di sebelah barat IDL mengalami "hari baru" (lebih awal daripada wilayah sebelah timur IDL. Selain itu, "Dunia Internasional" juga bersepakat, bahwa "awal-hari" atau pukul 00:00:00 adalah "tengah-malam"(midnight).
Jika dikaji lebih mendalam berdasarkan berbagai pustaka dan dokumen, lama penetapan "awal-hari" pada "tengah-malam” dan "hari-baru" yang dimulai dari IDL tersebut sama sekali tidak memiliki landasan ilmiah (no scientific basis)maupun landasan nash (no religious basis), melainkan hanya sekedar "kesepakatan manusiawi" (human consensus) yang sangat artificial (reka-rekaan saja). Kesepakatan mengenai penetapan "awal hari" dimulai dari meridian 180o Greenwich pada pukul 00:00:00 tengah malam tersebut bermula dari gagasan Standford Fleming berkebangsaan Canada dan Charles F. Dowd berkebangsaan Amerika, yang memperkenalkan sistem tata-waktu GMT pada tahun 1993. Hingga hari ini belum pernah ada konvensi Internasional.
"Awal Hari" pada Almanak Hijriyah:
Hari pertama bagi bulan qomariyah ditandai oleh "penampakan hilal" atau "penampakan bulan sabit" (crescent visibility) di ufuk barat pada petang hari, sesaat setelah matahari terbenam.
Hilal (crescent) atau "bulan sabit" yang menandai awal bulan qomariyah (lunar moon) terjadi ketika bumi, bulan, dan matahari saling berkonjungsi (ijtima'). Jika konsisten terhadap peristiwa alamiah yang menjadi dasar bagi sistem almanak Hijriyah tersebut, maka "awal hari" atau pukul 00:00:00 dalam sistem almanak Hijriyah adalah "petang hari" karena "awal-bulan" (yaknl, "awal hari" bagi bulan yang bersangkutan) ditandai oleh" penampakan hilal" pada "petang hari". Dengan demikian, "hari" bagi umat Islam yang menganut sistem almanak Hijriyah dimulai dari "malam hari" terlebih dahulu, kemudian disusul dengan "siang-hari" (dengan sekuens: petang--malam--pagi--siang--sore--petang); atau "dari petang hingga petang berikutnya".
Pendekatan Praktis Kaliberasi waktu:
Dalam menetapkan "awal-hari" dan "akhir-hari" menurut sistem almanak Hijriyah (maupun Masehi) perlu berhati-hati, khususnya yang berkaitan dengan jadual waktu beribadah harian (sholat fardhu, Idul Fitri, Idul Adha, saum, dan yang lainnya).
Yang penting bagi kita adalah bagaimana kita menetapkan "awal-hari" menurut sistem almanak Hijriyah bagi suatu tempat atau kota tertentu. "Awal-hari" adalah pukul 00:00 (pada petang hari) yang secara khronometris lazim "direkarn" dengan alat yang dikenal sebagai "arloji" atau "jam". Sekarang bagaimana mengkaliberasikan (mencocokan) perangkat khronometer (arloji / jam) tersebut secara tepat untuk pukul 00:00 sebagai "awal-hari".
Kaliberasi perangkat khronometer bagi suatu tempat tertentu di muka bumi dapat dilakukan secara tepat pada hari-hari di mana "panjang malam" sama dengan "panjang siang", yaitu ketika pada "siang-hari di hari-hari tersebut matahari berkulminasi tepat di zenith tempat yang bersangkutan.
Perbedaan Jam Hijriyah dengan Jam Masehi (Jam Biasa):
Beberapa perbedaan antara jam hijriyah dengan jam Masehi ( jam biasa) antara lain:
1. Awal hari (jam 00:00) pada jam Hijriyah, adalah pada "petang-hari" sedangkan jam Masehi pada "tengah-malam".
2. Karena "awal-hari" pada jam Hijriyah pada "petang-hari" saat tenggelam matahari, sedangkan pada jam Masehi "awal-hari" pada "tengah-malam" maka perbedaan waktu antara jam Hijriyah dan jam Masehi terdapat selisih waktu 6 jam.
3. Pada jam Masehi angka 12 posisinya ada di atas, dan angka 6 ada di bawah, sedangkan jam Hijriyah posisi angka 12 ada di bawah dan angka ada di atas.
4. Perputaran jarum jam Hijriyah ke kiri, sesual dengan perputaran ibadah thowaf, atau perputaran alam semesta.
Untuk Pesanan dan Penjelasan Lebih Rinci mengenai jam Hijriyah, Anda dapat menghubungi:
Kantor Pemasaran:
Yayasan Buana Katulistiwa Jln. Ketapang No. 6 Pondok Cina - Kota Depok 16424
cp. Taqiyuddin 081386677567, M. Syafril 081383471233, atau Zulfikar 081808217721

Kata_kata Hikmah....


Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang terus menerus meski hanya sedikit. (Kanjeng Nabi)
Akan kuberikan ilmu yang kumiliki kepada siapapun, asal mereka mau memanfaatkan ilmu yang telah kuberikan itu. (Imam Syafi’i)
Jangan sampai ayam jantan lebih pandai darimu. Ia berkokok di waktu subuh, sedang kamu tetap lelap dalam tidur. (Lukman Hakim).
Apabila secara kebetulan kamu menjadi orang yang dekat dengan penguasa, maka berhati-hatilah kamu seolah-olah kamu sedang berdiri di atas pedang yang tajam sekali. (Imam Ghozali)
Aku tak suka memakai baju baru, hal itu kulakukan karena aku takut timbul iri hati tetangga-tetanggaku. (Abu Ayub as-Sakhtayani).
Allah telah memberikan petunjuk kepadaku sehinga aku bisa

mengenali diriku sendiri dengan segala kelemahan dan kehinaanku. (Ali BinAbu Thalib).
Andaikata seseorang mau memikirkan kebesaran Allah, maka ia takkan sampai hati untuk melakukan perbuatan perbuatan dosa. (Bisyir)
Sifat rendah hati, yaitu taat dalam mengerjakan kebenaran dan menerima kebenaran itu yang datangnya dari siapapun. (Fudlail bin Iyadl).
Dalam shalatku selama 40 tahun, aku tak pernah lupa mendo’akan guruku yang bernama Imam Syafi’i. Itu kulakukan karena aku memperolah ilmu dari Allah lewat beliau. (Yahya bin Said al-Qathan).
Orang yang beramal tanpa didasari ilmu, maka amalnya akan sia-sia belaka, karena tidak diterima oleh Allah. (Ibnu Ruslan).
Fikiran merupakan sumber dari ilmu, sedang ilmu itu sendiri merupakan sumber amal. (Wahb).
Orang yang mengerti ilmu fikih berarti ia bisa makrifat kepada Allah dengan ilmunya menyebabkan ia kenal kepada-Nya. Bahkan dengan ilmunya ia bisa mengajar orang lain sampai pandai. (Syeikh Izzuddin bin Abdussalam).
Jangan berteman yang hanya mau menemanimu ketika kamu sehat atau kaya, karena tipe teman seperti itu sungguh berbahaya sekali bagi kamu dibelakang hari.(Imam Ghozali).
Jika ada musuh yang bisa mendekatkan kamu kepada Allah, maka hal itu lebih baik dari pada teman akrab yang menjauhkan kamu dari Allah. (Abul Hasan as-Sadzili).
Wahai Sayyidina Ali! Ketahuilah olehmu bahwa ada dua golongan yang celaka di hadapanmu. Pertama yaitu yang terlalu cinta kepadamu. Dan kedua yang terlalu benci kepadamu. (Kanjeng Nabi).
Orang yang bijak tidak akan terpeleset oleh harta, dan meski terpeleset, ia akan tetap mendapatkan pegangan. (Abdullah bin Abbas).
Berfikir sesaat sungguh lebih mengesankan ketimbang mengerjakan shalat sepanjang malam. (Hasan Bashri).
Hal-hal yang bisa menyebabkan badan lemah antara lain sebagai berikut: Banyak makan makanan yang rasanya masam, sering bersedih, banyak minum air tetapi tidak makan sesuatu, serta sering melakukan hubungan seksual. (Imam Ghazali).
Barang siapa tidak mencintai untuk agama dan membenci untuk agama, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya ia tidak memiliki agama. (Abu Abdilah al- Shdiq).
Berhati-hatilah dari berteman dengan : Ulama yang bersikap tak peduli, pecinta ajaran sufi yang bodoh serta pemimpin-pemimpin yang lalai. (Sahl bin Abdullah).
Inginkan sesuatu dengan bakat yang kau miliki, dan jangan menginginkan sesuatu sesuai dengan nafsu atau seleramu. (Lukman Hakim).
Bagi orang berilmu yang ingin meraih kebahagiaan di dunia maupun di akhirat, maka kuncinya hendakalah ia mengamalkan ilmunya kepada orang-orang. (Syaikh Abdul Qodir Jailani).
Merenungkan tentang nikmat Allah sungguh merupakan salah satu ibadah yang utama. (Umar bin Abdul Azis).
Teman yang tidak membabantu kesulitan seperti halnya musuh. Tanpa saling membantu maka hubungan teman tak akan lama. Telah kucari teman sejati dalam setiap masa, akan tetapi usahaku itu siasia belaka. (Imam Syafií).
Lihatlah orang-orang yang dibawahmu dalam usrusan harta dunia, dan jangan sekali-kali melihat yang berada di atasmu, supaya kamu tidak meremehkan karunia Allah yang diberikan kepadamu. (Kanjeng Nabi).
Sedikit makan, sedikit tidur, dan sedikit kesenangan merupakan ciri-ciri orang yang dicintai oleh Allah. (Abu Bakar bin Abdullah Al-Muzani).
Barang siapa senang menjadi pemimpin, maka ia tidak akan mendapat kemenagan untuk selama-lamanya. (Fudhail bin Iyadh).
Siapa yang pada hari ini hanya memikirkan dirinya sendiri maka pada esok iapun akan memikirkan dirinya saja. Lebih dari itu, siapa yang pada hari ini memikirkan Allah maka besok ia akan selalu memikirkan Allah pula. (Abu Sulaiman).
Bersikap sabar kepada kawan yang berbuat jelek kepadamu sungguh lebih baik dari pada mencacinya. mencaci lebih baik dari pada memutuskan talisilaturahmi. Dan memutuskan tali silaturahmi lebih baik dari pada bertengkar. (Seorang Ulama).
Allah tidak memberi kekuatan terhadap orang-orang alim lewat suatu paksaan, akan tetapi Allah menguatkan mereka lewat pintu iman. (Sahl Ibnu Abdullah).
Ketahuilah olehmu, sesungguhnya akal hanya merupakan sesuatu alat untuk mencapai segala sesuatu yang hanya berhubungan dengan hamba atau manusia, bukan untuk mencapai Allah. (Ibnu Atha).
Jangan sekali-kali kamu menganggap remeh kebajikan meski kelihatannya tidak berharga, yaitu seperti ketika kamu menyambut temanmu dengan menampakkan wajah berseri-seri. (Kanjeng Nabi Muhammad).
Jika seseorang mati dalam keadaan punya hutang, padahal orang itu mampu membayarnya ketika masih hidup di dunia, maka kebahagiaannya akan diambil dan diberikan kepadanya dosa orang yang di hutanginya, lalu ia dijebloskan ke neraka. Namun, jika memang tidak mampu membayarnya, maka hanya kebaikannya saja yang diambil, lalu diberikan kepada pihak yang dihutangi. sedang dosa si pemberi hutang tidak diberikan kepada orang yang berhutang. (Ibnu Abdusalam).
Jalan yang diajarkan syariát islam adalah jalan yang paling tepat dalam pengerjaan ibadah kepada Allah. Karena itu bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah istiqomah dalam mengerjakan perintah-perintahnya dan menjauhi larangannya. (Abdu Khodir jailani).
Hendaklah kamu tetap berbuat baik kepada orang yang berbuat jelek kepadamu. (Lukman Hakim).
Kebahagiaanku jika mati sebelum baligh lalu aku dimasukkan kedalam syurga, tidak sebahagia jika aku hidup sampai tua dalam keadaan mengenal Allah yaitu yang paling bertaqwa, rajin mengerjaklan ibadah serta menerima apa apa yang telah di berikan Allah kepadaku. (Ali bin Abu Tholib).
Jika Allah bersamamu, maka jangan takut kepada siapa saja, akan tetapi jika Allah sudah tidak lagi bersamamu, maka siapa lagi yang bisa diharapkan olehmu? (Hasan al Banna).
Barang siapa tidak peduli terhadap nasib agama, berarti ia tidak punya agama, barang siapa yang semangatnya tidak berkobar-kobar jika agama Islam ditimpa suatu bencana, maka Islam tidak butuh kepada mereka. (Imam al-Ghazali).
Ilmu menginginkan untuk diamalkan. Apabila orang mengamalkannya, maka ilmu itu tetap ada. Namun sebaliknya, jika tidak diamalkan, maka ilmu akan hilang dengan sendirinya. (Sufyan ats-Tsauri).
Ketahuilah bahwa sesungguhnya ilmu yang bisa melahirkan rasa takut kepada Allah adalah ilmu yang paling baik. (Ibnu Athaillah as-Sakandari). Bekerjalah untuk keperluan makanmu. Sedang yang paling baik bagi kau yaitu bangun di tengah malam dan berpuasa di siang hari. (Ibrahim bin Adham).
Jalan apa saja yang ditempuh seseorang dalam mengerjakan ibadah adalah sesaat kecuali jalan yang ditempuh oleh Kanjeng nabi Muhammad. Dalam pada itu, siapapun yang tidak mengikuti petunjuk kitab suci Al-Qurán dan hadits nabi, maka janganlah ia mengikuti pendapatku. Hal itu karena pendapatku berasal dari Qurán –Hadits. (Imam al-Junaid).
Orang yang tidak percaya bahwa Allah telah menjamin rezekinya, maka ia akan mendapat laknat dari Allah. (Hasanal-Bashri).
Dzikir seperti halnya jiwa dari semua amal, sedang keutamaan dan kelebihan dzikir tidak bisa dibatasi. (AL-Qusyairi).
Orang-orang yang tidak mengikuti keinginan-keinginan hawa nafsunya, maka tidak akan mendapat pujian dari orang banyak. (Imam al-Ghazali).
Orang dermawan dekat kepada Allah, dekat pada rahmat-Nya, serta selamat dari siksa-Nya. Sedang orang kikir, jauh dari Allah, jauh dari rahmat-Nya dan dekat sekali kepada siksa-Nya. (Kanjeng Nabi).
Barang siapa tidak meghargai nikmat, maka nikmat itu akan diambil dalam keadaan ia tidak mengetahuinya. (Siriy Assaqathi).
Mengerjakan sesuatu sesuai dengan ketentuan hukum syara’ berarti menuju jalan kebahagiaan baik di dunia lebih-lebih di akhirat. Dan hendaklah kamu merasa takut jika kamu berpisah dengan orang-orang yang ahli di bidang agama. (Syaikh Abdul Qadir Jailani).
Saya merasa heran kepada orang-orang yang mengerjakan shalat subuh setelah matahari terbit. Lalu bagaimana mereka diberi rezeki. (Ulama Shalaf).
Para pembuat peti jenasah mengira bahwa tidak ada yang lebih busuk melebihi mayat orang-orang yang beriman. Bahkan diterangkan oleh Allah : Perut ulama jahat sungguh lebih busuk baunya dari itu. (Al-Auzaí).
Orang yang hanya sehari-harinya hanya sibuk mencari uang untuk kesejahteraan keluarganya, maka mustahil ia mendapat ilmu pengetahuan. (Imam Syafií).
Tanda tanda orang yang celaka antara lain: Bergairah dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan haram, menjauhi nasihat ulama dan selalu menyendiri jika mengerjakan shalat. (Kanjeng Nabi).
Manisnya akhirat mustahil diraih oleh orang-orang yang suka terkenal di mata manusia. (Bisyir).
Dengan pengalaman akan bertambah ilmu pengetahuannya, dengan berdzikir menyebabkan bertambah rasa cinta dan dengan berfikir akan menambah rasa taqwa kepada Allah. (Hatim).
Aku akan mencari ilmu hanya karena Allah, dan aku tidak akan mencari jika untuk selain Allah. (Imam al-Ghazali).
Berfikir merupakan cermin untuk melihat apa-apa yang baik dan yang buruk pada dirimu. (Fudhail).
Ketahuilah bahwa satu majelis ilmu bisa menghapus dosa 70 majelis yang tidak ada gunanya. (Atha’bin Yassar).
Kulupakan dadaku dan kubelenggu penyakit tamakku, karena aku sadar bahwa sifat tamak bisa melahirkan kehinaan. (Imam Syafií).
Biasakan hatimu untuk bertafakur dan biasakan matamu dengan sering menangis. (AbuSulaiman ad-Darani).
Hidup didunia hanya merupakan tempat tinggal sementara untuk melanjutkan perjalanan nan jauh menuju keabadian. (Kanjeng Nabi).
Setiap manusia hendaknya memperhatikan waktu dan sekaligus mengutamakannya. (Umar bin Utsman al-Maliky).
Apabila kamu melihat seseorang sedang memanjatkan doá kepada Allah, tetapi disisi lain perbuatannya tidak sesuai dengan hukum syara’, maka jauhilah orang itu. (Abdul Qasim an-Nawwawi).
Kuakui bahwa dosaku banyak sekali. Tapi, aku sadar, sesungguhnya rahmat Allah lebih luas dan lebih besar dari dosa-dosaku. (Abu Nawas).
Jika kamu berhadapan dengan gurumu, sesungguhnya secara hakikat kamu sedang berhadapan dengan rasul. Sadar akan hal itu, maka hormatilah gurumu. (Sebagian Ulama).
Setiap kamu adalah pemimpin, yaitu : Pemimpin terhadap diri dan keluarganya, pemimpin terhadap masyarakat dan bangsanya.( Mousthafaal-Gholayaini). Pengkhianatan yang paling besar adalah pengkhianatan umat, sedang pengkhianat yang paling keji yaitu pengkhianatan pemimpin. (Ali bin Abu Thalib).
Berteman dengan orang yang bodoh yang tidak mengikuti ajakan hawa nafsunya sungguh lebih baik bagi kamu ketimbang berteman dengan orang alim tapi suka terhadap nafsuya. (Ibnu Athaillah as-Sakandari).
Siapa takut kepada Allah, maka tidak hidup marahnya, Siapa yang bertaqwa kepada-Nya, niscaya tidak mengerjakan sesukanya. (Umar bin Khathhab).
Ya Allah! Seandainya Engkau akan mengadili kelak pada hari kiamat, maka jangan Kau adili aku di dekat Nabi Muhammad, karena aku merasa malu jika mengaku sebagai umatnya padahal hidupku penuh dengan perbuatan dosa. (Muhammad Iqbal).
Cintai dan sayangilah para fakir miskin, maka Allah akan menyayangimu. (Kanjeng Nabi).
Hendaklah kamu menjauhi keramaian orang banyak atau berúzlah,. Katakan demikian, karena orang banyak bisa menyebabkan kamu berpaling dari Allah serta mendorong kamu untuk berbuat dosa. (Sayyid Bakri al-Maliki).
Yang disebut orang sufi, yaitu orang yang hatinya bersih dan selalu mengingat Allah. (Basyar bin al-Harits).
Tidak ada suatu kebahagiaan bagi ornag-orang muslim setelah mereka memeluk Islam, seperti kebahagiaan mereka ketika itu. (Anas r.a.).
Telah kurangkum pendapat 70 orang shiddiqin. Mereka sebagaian besar berpendapat bahwa banyak minum bisa menyebabkan banyak tidur. (Ibrahim bin Khawwas).
Aku tidak pernah melihat orang yang berakal, melainkan kutemukan dia takut kepada mati dan merasa susah dengannya. (Hasan).
Aku tidak pernah berdialog dengan seseorang dengan tujuan aku lebih senang jika ia berpendapat salah. (Imam Syafií).
Wahai pemburu dunia! Berbuatlah kebajikan dan hendaklah kamu meninggalkan dunia, karena hal itu lebih baik bagimu. (Nabi Isa).
Barang siapa tidak dicoba dengan bencana atau kesusahan, maka tidak ada sebuah kebahagiaanpun baginya di sis Allah. (Adh-Dhahhak).
Perbanyaklah kamu mengingat mati, karena hal itu bisa membersihkan dosa dan menyebabkan zuhud atau tidak cinta kepada dunia. (Kanjeng Nabi).
Orang yang cinta kepada Allah akan minum dari gelas kecintaan dan bumi menjadi sempit baginya. Ya, dia mengenal Allah dengan penuh ma’rifat kepada-Nya, tenggelam di samudra rindu kepada-Nya dan merasa asyik bermunajat kepada-Nya. (Asy-Syubali).
Aku suka mendoákan saudara-saudaraku sebanyak 70 orang, dan nama-nama mereka kusebut satu persatu dalam panjatan doáku itu. (Abu Darba).
Setiap manusia mempunyai orang yang dicintai dan yang dibenci. Tapi bagimu, jika ada maka berkumpullah kamu dengan orang-orang yang bertaqwa. (Imam Syafií).
Orang orang terdahulu jika pergi kerumah gurunya, maka mereka senantiasa memberi sesuatu untuk minta berkah. Bahkan mereka selalu menyenandungkan doá seperti ini: wahai Allah!”Ampunilah semua kesalahan guruku terhadapku, dan jangan sekalai-kali engkau menghilangkan berkah ilmunya untukku. (Sebagaian Ulama).
Jika aku mandapat ampunan dari Allah, maka hal itu merupakan rahmat yang sangat besar dari-Nya. Tetapi, jika sebaliknya, maka aku tidak akan mampu berbuat apapun. (Abu Nawas).
Pangkal dari seluruh kebaikan di dunia maupun di akhirat adalah taqwa kepada Allah. (Abu Sulaiman Addarani).
Orang yang ma’rifat kepada Allah, maka ia terikat dengan cintannya, hatinya bisa melihat dan amal ibadahnya selalu bertambah banyak kepada-Nya. (Dzinnun al-Mishry).
Siapa yang memenuhi hatinya dengan kewaspadaan dan keikhlasan, maka Allah akan menghiasi badannya sebagai pembela agama dan menjadikan hadits sebagai pedoman hidup.
Yang disebut dengan teguh hati adalah memegang dengan sungguh-sungguh apa-apa yang dibutuhkan oleh kamu dan membuang yang selain itu. (Aktssam bin Shaifi).
Orang yang terkaya yaitu orang yang menerima pembagian Allah dengan rasa senang. (Ali bin Husein).
Kerjakan apa saja yang telah menjadi hak dan kewajibanmu, karena kebahagiaan hidupmu terletak di situ. (Musthafa al-Gholayani).
Ada dua hal tidak tertandingi kejelekannya, yaitu: Berbuat syirik dan membuat rugi umat Islam. Begitu pula, terdapat dua perkara yang tidak tertandingi kebaikannya, ialah : Beriman kepada Allah, serta memberi manfaat kepada umat Islam. (Kanjeng Nabi).
Pedagang yang berhati lemah takkan pernah untung ataupun rugi. Malah ia rugi. Ya, seseorang harus menyalakan api supaya memperoleh cahaya. (Jalaludin Rumi).
Aku membaca sebagian kitab kuno, yang kandungannya ialah : Bahwasannya sebagian hal yang dipercepat siksaannya dan tak dapat ditunda adalah amanat itu dikhianati , kebaikan ditutupi, keluarga diputuskan dan meninds manusia. (Kholid ar-Robaí).
Memerintah atau mengawasi diri sendiri jauh lebih sulit dan lebih baik dari pada memerintah dan mengawasi sesuatu negeri. (Ibrahim bin Adham).
Ciri-ciri ulama akhirat antara lain: dia sangat berhati-hati dalam memberi fatwa, bahkan bersikeras untuk tidak bertaqwa sama sekali. Apabila ditanya oleh orang tentang segala sesuatu yang diketahui baik yang bersumber dari Al Qurán, hadits, ijma’dan kiyas, maka ia menjelaskan sesuai dengan kemampuannya. Sebaliknya, jika ia tidak mengetahui secara pasti, maka dengan jujur ia berkata : aku tidak tahu. (Imam al-Ghazali).
Hati-hatilah terhadap senda gurau, karena tidak sedikit bahaya yang terdapat didalamnya. Berapa banyak senda gurau anatara dua sahabat yang berakhir pada perkelahian.
Dunia adalah perniagaan, pasarnya ialah menyendiri, modalnya adalah taqwa, dan labanya adalah surga. (Aku Sulaiman ad-Darani).
Kehidupan seorang mukmin ibarat matahari, terbenam di suatu wilayah untuk terbit di wilayah lainnya. Dia selalu bersinar dan hidup serta tak pernah terbenam selamanya. (Muhammad Iqbal).
Keluarlah dari dirimu dan serahkanlah segalanya kepada Allah. Penuhi hatimu dengan Allah. Patuhilah kepada perintah-Nya dan larikanlah dirimu dari larangan-Nya, supaya nafsu badaniahmu tidak memasuki hatimu setelah ia keluar. Untuk membuang nafsu-nafsu badaniah dari hatimu, kamu harus berjuang melawannya dan jangan menyerah kepadanya dalam keadaan bagaimanapun juga dan dalam tempo kapanpun juga. (Syeikh Abdul QadirJailani).
Kejahatan yang dibalas dengan kejahatan adalah akhlak ular. Kebajikan yang dibalas dengan kejahatan adalah akhlak buaya. kebajikan yang dibalas dengan kebajikan adalah akhlak anjing. Kejahatan yang dibalas dengan kebajikan itulah akhlak manusia. (Nasirin).
Ilmu tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui tingkah laku nafsu dan sifat-sifatnya baik sifat buruk maupun sifat yang terpuji. Jadi dari kisah sebuah gilingan tersebut di atas, maka jika diterapkan pada manusia yakni mempelajari nafsu manusia yang ada kaitannya dengan tingkah laku dan sifat-sifatnya. Mempelajari tasawauf hukumnya fardhuáin (wjib bagi setiap orang Islam yang mukalaf). Karena dapat dipergunakan untuk memperindah, memperbaiki dan memperbagus hati. Itulah seratus “Petuah Emas”orang-orang alim yang dapat kita jadikan sebagai pedoman hidup atau minimal bisa difungsikan sebagai pegangan dalam rangka membentuk pribadi-pribadi yang Islami secara kafah. Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang alim yang kelak berhak mendiami surga dan selamat dari siksa-siksa pedih di neraka. Hanya kepada Allah kita mengharap ridha, dan hanya kepada-Nya kita berpasrah diri. Amin, Amin, Ya, Rabbal álamin.
Mohon maaf apabila ada kesalahan itu semua murni kesalahan saya pribadi

Senin, 20 Desember 2010

Ikatan Itu Bernama: MItsaqon Gholidzho(Nikah)

Ikatan Itu Bernama: MItsaqon Gholidzho(Nikah)

oleh Muhammad Iqbal Al-abror pada 21 Desember 2010 jam 6:19

Aku sungguh mencintaimu dengan cinta yang jika kau merasakan cinta ini niscaya kau akan gila karenanya



أحـبـك كالـبـدر الـذي فـاض نـــــوره على فـيـح جـنـات و خـضـر تـــــلال
Aku mencintaimu laksana bulan yang cahayanya menerangi taman nan luas dan bukit nan hijau..



أحـبـك حـتـى كـأن الـهـــــــــــــــــــــوى تـجـمـع و ارتـاح في أضـلــــــعـي


Aku mencintaimu.. seakan-akan rasa cinta berkumpul dan merasakan ketenangan di tulang rusukku,,,



فـلـو كـان لي قـلـبـان عـشـت بـواحــد و أبـقـيـت قـلـبـاً في هـواك يـعـذب

Kalaulah ku memiliki dua hati.. aku kan hidup dengan satu hati.. dan aku sisakan satu hatinya tertawan dengan mencintaimu..



سـحرتـني حبـيـبتي بـسواد عيونـهـــا إنـمـا السـحـر في سـواد الـعـيـــــــــــون
cintaku kau menyihirku dengan hitam matamu.. sesungguhnya sihir itu ada pada hitamnya mata..



نقل فؤادك حيث شئت من الهــــــــــوى ما الــحـب إلا لـلـحـبـيــــــــــب الأول
Palingkanlah hatimu kepada siapa saja yang kau cinta.. tidaklah cinta kecuali kembali kepada cinta yang pertama..


janganlah kau berdusta atas nama cinta.. lalu kau lampiaskan cinta dengan syahwatmu.. jagalah hati dengan cinta- Nya.. karena betapapun kita memalingkan hati, hanya kepada Nya lah kita kembali.. dan hanyalah cinta Nya abadi..
kecantikan yang mempesonamu.. apalah artinya jika hanya menyesatkanmu.. jangan tertipu dengan bisik godaannya.. betapa banyak orang yang mengaku patah hati.. padahal cinta belum lah halal baginya.. lalu merenunglah ia dan menangisinya.. sudikah ia menangisi maksiatnya karena enggan menjauh darinya??
sesungguhnya cinta hakiki membawa kepada kebahagiaan abadi.. raihlah cinta yang berpahala.. cinta yang suci di atas perjanjian yang kuat.. Ia menggambarkannya sebagai “mitsaqon gholidzho”(perjanjian yang kuat)
“…Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.” (An-Nisa: 21)
-allahummaghfirlii maa qoddamtu wa maa akh-khortu-

www.negeriiman.blogspot.com

Makan Daging Saudaranya Sendiri...(gossip/ghibah)

Makan Daging Saudaranya Sendiri...(gossip/ghibah)

oleh Muhammad Iqbal Al-abror pada 21 Desember 2010 jam 5:51
Catatan Anda telah dibuat
Bismillah....
Suatu ketika, baginda Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam. terlihat sedang menasehati dua orang laki-laki yang diketahuinya telah ber-ghîbah tentang Salmân al-Fârisî ra. Beliau menyindir mereka dengan sebuah metafora.
"Aku melihat warna merah bekas daging di mulut kalian!" sabda Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam
"Kami tidak memiliki sesuatu, dan kami tidak memakan sekerat daging pun hari ini!" jawab dua orang laki-laki tadi masih menyimpan rasa heran, tak memahami apa maksud sabda Nabi  Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam  tersebut.
Mengetahui hal itu, Nabi  Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam  pun segera menjelaskannya, "Kalian berdua telah ber-ghîbah tentang saudara kalian!"
Senyap sejenak...
Kemudian beliau bersabda lagi, "Apakah kalian senang makan daging bangkai?"
"Tidak!" jawab mereka lekas.
Lalu Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam melanjutkan sabdanya, "Ketika kalian tak senang memakan daging bangkai, maka janganlah ber-ghîbah. Karena sesungguhnya orang yang ber-ghîbah tentang saudaranya, sama artinya ia telah memakan daging saudaranya itu!" nasehat beliau terdengar tegas, meresap sampai ke dalam jiwa, penuh makna. Kemudian turunlah firman Alloh Swt. tentang larangan  ber-ghîbah (QS. Al-Hujurât: 12).    

***
Pernahkah terpikir sebelumnya? Ketika kita berbicara, sebenarnya suara dari sejumlah kalimat yang kita ucapkan, untuk satu kata saja, berarti ada beberapa huruf yang telah dilafalkan, dan untuk setiap huruf yang dilafalkan berarti ada sekian energi yang telah digunakan. Disadari atau tidak, saat itu fungsi kerja dari ratusan urat syaraf yang ada menjadi aktif. Demikian pula halnya dengan fungsi kerja pita suara, pernapasan, dan sejumlah jaringan otot lainnya.

Bayangkan! Hanya untuk sekedar mengeluh, mengucapkan kata "aduh" misalnya, kita telah menghabiskan energi gerak sejumlah otot yang ada, utamanya yang terletak menempel pada bagian dinding tenggorokan, dari total enam ratusan otot tubuh manusia. Didukung juga oleh peran wajah, bibir, hidung, dan lidah. Bila kemudian kata yang diucapkan bernilai positif, maka betapa besar pahala yang diperoleh. Namun sebaliknya, bila kata yang nantinya diucapkan bernilai negatif, maka betapa besar kerugian yang diakibatkannya! Sesaat coba kita renungkan kembali, untuk satu kata yang terucap, berapakah energi yang sudah digunakan tanpa tujuan? Dan untuk setiap energi yang habis digunakan, berapakah protein yang saat itu sudah terpakai, juga kalsium yang sudah terbuang dari dalam sel-sel tubuh secara percuma? Belum lagi kalkulasi kerugian ion-ion listrik (sodium dan potasium) dari setiap gerak otot yang bekerja. Lâ Hawla Wa Lâ Quwwata Illâ Billâh!

***
Islam telah mengajarkan ummatnya cara memaknai hidup yang baik, dan menjadikannya berharga. Taat mengikuti perintah Alloh Swt. dan ikhlas berada dalam bimbingan Rasululloh Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam., atau disebut pula dengan ittibâ'. Diantara bentuk ittibâ' ini adalah dengan mengamalkan adab berbicara dan mendengarkan secara efesien, tanpa mubazir.

Setiap ucapan yang positif, oleh baginda Rasul Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam telah diberikan penghargaan (apresiasi), pengayoman, dan perhatian penuh kepadanya. Perhatikan bagaimana saat Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam memberi teladan cara mendengar serta memperhatikan ucapan orang lain. Pandangan baginda terasa meliputi setiap yang bertanya kepada beliau dari segala sisi, dan menjaganya dari orang yang mengkritik atau berkata sinis.

Pernah, ketika seorang Badui menghadap baginda Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam dan berkata,  "Ya Rasulalloh, pakaian yang kelak digunakan di surga, apakah kami sendiri yang menenunnya dengan tangan?"

Mendengar pertanyaan lugu ini, para sahabat yang hadir pun tak kuat menahan tawa. Namun Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda, "Apakah yang menyebabkan kalian tertawa? Apakah kalian tertawa karena orang yang tidak tahu bertanya kepada orang alim?" lalu beliau mengalihkan pandangannya kepada Badui tadi, "Tidak pakai ditenun, wahai Badui! Tetapi pakaian surga berasal dari buah-buah surga yang terbelah." Lanjutnya kemudian. Sungguh bijaksana!

Berbeda halnya bila yang diucapkan itu bernilai negatif, atau tak bermanfaat untuk didengar. Maka Rasululloh akan segera menegur, memberi nasehat, dan menjelaskan tentang efesiensi berbicara serta fadlîlah (keutamaan) diam sebagai alternatif mutlak sesudahnya. Betapa besar kasih sayang Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam, beliau sangat memperhatikan sekecil apapun aktifitas ummatnya.

Suatu ketika Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam menegur salah seorang istrinya karena telah menyebut kekurangan istri beliau yang lain, "Kamu telah mengucapkan perkataan yang andaikan dicampur dengan air laut, niscaya perkataan itu akan merubahnya!" 

Tidak hanya itu, baginda Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam bahkan telah melarang setiap ucapan yang bernilai negatif, seperti apapun bentuknya. Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam melarang ummatnya bersumpah serapah, mencela, menghina, melaknat – kecuali yang telah diperintah Al-Qur'an untuk melaknatnya, memfitnah, apalagi berdusta.

Mengenai perkataan dusta, Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam bahkan telah mengkategorikannya sebagai tanda kemunafikan. Pelakunya tidak hanya merugikan diri sendiri, tapi juga orang lain. Meski demikian, Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam mentolerir jika hal itu dilakukan bertujuan demi kemenangan strategi perang, mendamaikan dua pihak yang bertikai (rekonsiliasi), dan menjaga keharmonisan suami istri. Dalam hal ini, nilai-nilai kemaslahatan menjadi landasannya.

Kemaslahatan adalah bagian dari asas utama Islam. Ajarannya yang damai, harmonis dan toleran, menyatu dalam simphoni indah sebagai panduan hidup manusia. Sedangkan bentuk realisasi kemaslahatan ini tercermin pada prilaku kaum muslim itu sendiri, khususnya dari aspek interaksi sosial (mu'âmalah) mereka.

Suatu ketika baginda Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam ditanya oleh Abû Mûsâ al-Asy'ârî ra., "Ya Rasulalloh, siapakah orang Islam yang paling utama itu?"
Beliau menjawab, "orang yang seluruh muslim telah selamat dari lisan dan tangannya."
Sabda Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam di atas jelas mengarah pada konsep kemaslahatan yang seharusnya menjadi karakter ummat Islam di setiap zaman sebagai bentuk realisasi dari ajaran agamanya. Berkata positif, menjaga lidah, efesien dalam berbicara, merupakan bentuk amaliah dari ajaran Islam tersebut, yang semua itu sangat berhubungan erat dengan nilai keimanan. Jika tidak, maka sekali lagi sikap diam menjadi pilihan mutlak sesudahnya.
مَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِالله وَالْيَوْمِ الآخرِ فَلْيَقُلْ خيراً أو لِيصمُتْ
"Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam saja!" (Muttafaq 'alaih)

***
Berapa banyak lisan yang berbicara telah membunuh pemiliknya, dan berapa banyak lisan yang diam tak berkata-kata telah menyelamatkan nyawa pemiliknya. Suatu saat, mungkin saja seorang hamba meraih kemuliaan di sisi Tuhan karena ucapannya. Dan suatu saat, mungkin saja ia jatuh ke jurang neraka juga karena ucapannya.

Bukankah Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. pernah meletakkan batu kerikil di dalam mulutnya demi menahan diri dari berbicara. Lalu ia pun menunjuk ke arah lisannya, seraya berkata, "Inilah yang telah membawaku ke tempat berbahaya!"

Syahdan, semua mesti merunduk, merasa tunduk, ketika Alloh berfirman,"Pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan." (QS. An-Nûr: 24)
                               Wallahu'alam Bishawab

Jagalah lisan kita...Jagalah lisan kita...Jagalah lisan kita
www.negeriman.blogspot.com

Gambaran Pria Muslim Di Rumahnya..

Gambaran Pria Muslim Di Rumahnya..

oleh Muhammad Iqbal Al-abror pada 20 Desember 2010 jam 21:30
Bismillah

Dari Al-Aswad rahimahullah dia berkata: Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah tentang apa yang dikerjakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika berada di rumah. Maka ‘Aisyah menjawab,


<span>كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ

“Beliau selalu membantu pekerjaan keluarganya, dan jika datang waktu shalat maka beliau keluar untuk melaksanakan shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 6939)

Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu dia berkata:

 كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَزْهَرَ اللَّوْنِ كَأَنَّ عَرَقَهُ اللُّؤْلُؤُ إِذَا مَشَى تَكَفَّأَ وَلَا مَسِسْتُ دِيبَاجَةً وَلَا حَرِيرَةً أَلْيَنَ مِنْ كَفِّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا شَمِمْتُ مِسْكَةً وَلَا عَنْبَرَةً أَطْيَبَ مِنْ رَائِحَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ <span>

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat wangi kulitnya dan keringatnya bagaikan kilau mutiara. Apabila beliau berjalan, maka langkahnya terayun tegap. Sutera yang pernah saya sentuh tidak ada yang lebih halus daripada telapak tangan beliau. Minyak misk dan minyak ambar yang pernah saya cium, tidak ada yang melebihi semerbak wanginya daripada tubuh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.” (HR. Al-Bukhari no. 3561 dan Muslim no. 2309)

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dia berkata:

 خَدَمْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ سِنِينَ وَاللَّهِ مَا قَالَ لِي أُفًّا قَطُّ وَلَا قَالَ لِي لِشَيْءٍ لِمَ فَعَلْتَ كَذَا وَهَلَّا فَعَلْتَ كَذَا

“Aku melayani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selama sepuluh tahun. Demi Allah, selama itu beliau tidak pernah berkata ‘husy’ kepadaku. Beliau tidak pernah berkomentar tentang sesuatu yang aku lakukan dengan ucapan, “Kenapa engkau melakukan itu?!” “Kenapa kamu tidak mengerjakan itu?!” (HR. Muslim no. 4269)

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dia berkata; “Tidaklah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mencela suatu makanan sekalipun. Jika beliau menyukainya maka beliau memakannya, dan bila beliau tidak menyukainya maka beliau meninggalkannya (tidak memakannya).” (HR. Al-Bukhari no. 5409 dan Muslim no. 2064)

Penjelasan ringkas:

Sungguh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam merupakan contoh dan suri tauladan terbaik bagi setiap lelaki dalam seluruh aspek kehidupannya, termasuk di dalamnya dalam perkara-perkara duniawi. Beliau adalah salaf (pendahulu) terbaik bagi seorang ayah terhadap anaknya, salaf terbaik bagi seorang suami kepada istrinya, dan salaf terbaik seorang majikan kepada pelayannya.

Beliau bukanlah suami yang menjadi beban atas istri dan keluarganya, karenanya walaupun beliau adalah seorang kepala negara yang wajib ditaati oleh rakyatnya, bahkan seorang nabi yang wajib dimuliakan oleh umatnya, walaupun dengan semua posisi tersebut, beliau tetap bekerja di dalam rumahnya dan membantu pekerjaan istri-istrinya sebagai bentuk tanggung jawab suami kepada istri. Beliau tidak menjadikan posisi beliau tersebut sebagai alasan untuk bermalas-malasan dalam mencari nafkah atau menunggu belah kasih dari umat, tidak sama sekali. Beliau sama sekali tidak menjadikan dakwah sebagai profesi yang dengannya beliau bisa mendapatkan harta dari mad’u (yang didakwahi) beliau. Hal itu karena beliau sendiri telah menegaskan sebagaimana yang tersebut dalam Al-Qur`an yang artinya, “Aku tidak pernah meminta upah dari kalian, upah atas dakwahku hanyalah dari Allah.”

Sebagai seorang suami, beliau memperlakukan para istri beliau dengan baik. Beliau memperlakukan mereka sebagaimana yang beliau senang diperlakukan seperti itu. Beliau tidak menyakiti mereka dengan sesuatu yang beliau tidak senang untuk disakiti dengannya. Karenanya beliau sekalipun tidak pernah mencela makanan yang dibuat oleh istrinya walaupun mungkin tidak sesuai dengan selera beliau. Beliau sangat menghargai usaha para istri beliau sebagaimana para istri beliau menghargai usaha beliau mencari nafkah.

 Suami adalah pemimpin mutlak dalam rumah tangga, yang di antara haknya adalah istri wajib melayaninya setiap kali dia mengajak istrinya untuk melakukan hubungan yang berkenaan dengan suami istri. Hanya saja, hak tersebut tidak menjadikan beliau zhalim kepada istri-istri beliau. Karenanya beliau shallallahu alaihi wasallam senantiasa menjaga agar tubuh beliau tetap harum dan bersih walaupun sedang berada di rumah bahkan walaupun sedang tidak sedang akan melakukan hubungan intim. Karena sebagaimana suami sangat senang jika istrinya berpenampilan indah dan bersih, maka demikian pula sebaliknya istri sangat senang jika suaminya berpenampilan indah dan bersih. Inilah di antara bentuk pengamalan firman Allah Ta’ala yang artinya, “Dan para istri berhak mendapatkan hak sebagaimana mereka juga memiliki kewajiban, dengan cara yang ma’ruf.”

Adapun selaku atasan atau majikan dalam pekerjaan, maka tidak perlu ditanya bagaimana sikap bersahabat beliau kepada bawahan atau pelayan beliau, dan bagaimana tingginya apresiasi beliau kepada mereka. Beliau tidak pernah memukul mereka, tidak pernah menghardik mereka, dan tidak pernah mengkritisi apa yang mereka kerjakan, baik pekerjaan mereka itu tepat maupun kurang tepat. Karenanya sangat wajar jika Anas bin Malik radhiallahu anhu betah melayani beliau sampai 10 tahun lamanya. Itupun hubungannya dengan Nabi shallallahu alaihi wasallam berakhir bukan karena dia dipecat atau mengundurkan diri, akan tetapi karena Nabi shallallahu alaihi wasallam lebih dahulu meninggal.

Tengok juga bagaimana salah seorang pelayan beliau yang beragam Yahudi, di akhir hidupnya masuk ke dalam Islam karena terpengaruh dengan baiknya akhlak beliau selaku majikan. Semua ini sebagai pembenaran firman Allah Ta’ala yang menyatakan bahwa kedudukan seorang muslim hanya ditentukan dengan kadar ketakwaannya kepada Allah, selain daripada itu dari urusan duniawi maka mereka semua setara dan sejajar, tidak ada yang lebih rendah daripada yang lainnya.

Subhanallah demikianlah gambaran pria muslim yang sebenarnya. Mereka menyadari betul bahwa mencontoh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam semua perkara di atas dan selainnya tidaklah mengurangi kedudukan mereka sebagai serang pria, bahkan itu akan mengangkat kedudukannya sebagai seorang pria muslim karena dia telah mencontoh Nabinya yang merupakan panutannya. Seandainya orang-orang non muslim mengetahui keindahan akhlak seorang muslim yang sebenarnya dari seluruh sisinya, maka demi Allah niscaya mereka akan bersegera untuk masuk ke dalam Islam dengan berbondong-bondong guna mendapatkan keutamaannya.

Ya Allah, karuniakanlah kepada setiap lelaki muslim di dunia ini akhlak sebagaimana akhlak Nabi-Mu. Berikanlah kesadaran kepada mereka semua bahwa walaupun memang tidak wajib mengikuti Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam masalah dunia, akan tetapi beliau tetaplah merupakan tauladan terbaik bagi mereka dalam urusan dunia mereka.

Aamiin..
Sumber: ttp://www.al-atsariyyah.com

www.negeriiman.blogspot.com

3 Keompok Umat Nabi Muhammad Saw..

3 Keompok Umat Nabi Muhammad Saw...

oleh Muhammad Iqbal Al-abror pada 20 Desember 2010 jam 21:12
Bismillah...



ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ ب


"Kemudian Kami wariskan Kitab itu (al-Qur'an) kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami. Lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan diantara mereka ada yang pertengahan, dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar." (QS. Fâthir: 32)

Berikut ini sejumlah tafsiran ulama' atas tiga kategori umat Muhammad shallahu 'alaihi wassalam. dari ayat tersebut.

Ibnu Abbas ra. Dhâlim li Nafsihi adalah orang bodoh (jâhil). Muqtashid adalah orang yang belajar (muta'allim). Sâbiq bi al-Khairât adalah orang yang pandai cendekia ('âlim).

Hasan al-Bashri. Dhâlim li Nafsihi adalah orang yang lebih banyak kesalahannya dari pada kebaikannya. Muqtashid adalah orang yang kebaikannya berbanding dengan kesalahannya. Sâbiq bi al-Khairât adalah orang yang kebaikannya amat banyak dan sangat jarang berbuat kesalahan.

Dzu al-Nun al-Mishri. Dhâlim li Nafsihi adalah orang yang berdzikir, mengingat Allah, hanya dengan lisan. Muqtashid adalah orang yang berdzikir, mengingat Allah, dengan hati. Sâbiq bi al-Khairât adalah orang yang tidak pernah lupa berdzikir kepada Allah sama sekali.

Ibnu Katsir. Dhâlim li Nafsihi adalah orang lalai dalam mengerjakan sebagian kewajiban, yang masih melakukan sebagian larangan. Muqtashid adalah orang yang menunaikan kewajiban, yang meninggalkan larangan, sesekali meninggalkan sebagian kesunahan, dan masih melakukan sebagian kemakruhan. Sâbiq bi al-Khairât adalah orang yang melaksanakan kewajiban dan mengamalkan kesunahan, yang meninggalkan larangan, kemakruhan, dan sebagian yang dimubahkan.

Dhâlim li Nafsihi adalah kategori orang yang akan tertahan di penantian panjang Mahsyar, mengalami kebingungan dan kesusahan, sebelum akhirnya memperoleh syafa'at Nabi Muhammad Shallahu 'alaihi wassalam, diampuni dengan disusul datangnya rahmat Allah, barulah kemudian masuk Surga. Muqtashid adalah kategori orang yang akan masuk Surga setelah sebelumnya mengalami penghitungan amal (hisâb) dengan mudah. Sâbiq bi al-Khairât adalah kategori orang yang akan masuk Surga tanpa melalui proses penghitungan amal sesaat pun.



www.negeriiman.blogspot.com

Minggu, 19 Desember 2010

Surga Pun Menaruh Rindu...

by Fachrian Almer Akiera As-Samawiy
“…Bak sejuknya tanah gersang yang kembali subur setelah dentuman hujan, bak cerahnya dedaunan muda yang indah menghijau bersemi, bak syahdunya kicauan burung menyambut mentari di pagi nan cerah, begitulah pula datangnya kuncup bahagia di hati sang wanita yang setelah menanti lalu mendengar jawaban lelaki itu. Terkikis sudah senandung cemas yang terbalut penuh harap…”
****
wanita ini adalah wanita pendamba surga. Kami dapati bahwa dia adalah wanita yang menenangkan hati sang kekasih. Dia temani belahan jiwanya dalam suka, bahagia,duka dan nestapa. Kami saksikan pula bahwa dialah wanita bijaksana nan cerdik. Pula, ia adalah keturunan bangsawan kaya dan menjadi incaran banyak lelaki.<span>
>>Percikan Kerinduan dari Sucinya Hati. . .
Seperti wanita umumnya, kami dapati bahwa ia amat merindukan seorang sosok yang akan menjadi teman hidupnya. Ia membutuhkan sosok yang akan menemaninya mengarungi bahtera kehidupan.
Berjumpalah wanita ini dengan lelaki dengan kepribadian yang diidam-idamkan wanita. Lelaki yang ia temui begitu agung lagi berakhlak mempesona. Lelaki tersebut tidak seperti laki-laki yang ia temui pada kaumnya. Lelaki itu begitu menenangkan kala dipandang dan tutur katanya jujur dan menarik perhatian. Berwibawa dan menjaga harga diri.
Berkecamuklah rasa di dada. Tersemburatlah gelora asmara. Langit-langit hati sang wanita tengah menghujankan bibit-bibit cinta. Sebuah rasa yang tak diundang dan tak ingin berlalu begitu saja.
Namun begitu, terbesit pikiran yang mengusiknya. Akankah pemuda dengan kebeningan hatinya tersebut mau menikahinya yang telah berumur kepala empat?
Saat bingungnya mendengung, kami dapati rekan wanitanya datang mengunjungi. Rekannya mampu menangkap semburat rasa yang terpendam hingga wanita itu mencurahkan kegalauan hati dan perasaannya. Rekannya pun berhasil menenangkannya bahwa ia adalah wanita cantik dan memiliki kemuliaan nasab. Siapakah gerangan lelaki yang tak mau melamar wanita idaman sepertinya?Bergegaslah rekan wanita itu menemui sang lelaki seperti yang dipinta sang wanita. Setelah bertemu, rekan wanita tersebut berkata kepada laki-laki itu:
“… apa yang menyebabkan kau tidak menikah?”
Lelaki itu adalah orang yang fakir lagi yatim piatu. Sang ayah meninggal ketika ia dalam kandungan. Dan ketika masih kecil, ia pun ditinggal meninggal oleh sang ibu.Ia menjawab:
“tidak ada sesuatu yang bisa saya gunakan untuk menikah”.
Rekan wanita tersebut tersenyum sambil bertutur:
“sekiranya engkau diberi dan diminta menikahi wanita yang berharta, rupawan, mulia dan cukup, apakah engkau mau menerimanya?”
Laki-laki itu kemudian berkata:
“siapa?”
Rekan wanita itu kemudian menyebutkan nama sahabatnya yang tengah dirundung oleh besarnya pengharapan. Wajar memang karena wanita begitu dominan dalam hal perasaan.Gayung pun bersambut indah. Setelah mendapat nama wanita yang memang ia sangat kenal, lelaki tersebut kemudian berucap:
“kalau dia setuju maka saya terima”.
Subhanallah..
Lampu hijau terlihat jelas menandakan akan dimulai proses selanjutnya. Mendengar ucapan tersebut, rekan wanita itu pun kembali menemui sahabatnya untuk menebar wewangian kabar bahagia yang baru saja didengarnya.Betapa riangnya wanita kita ini setelah mendapat berita.
Bak sejuknya tanah gersang yang kembali subur setelah dentuman hujan, bak cerahnya dedaunan muda yang indah menghijau bersemi, bak syahdunya kicauan burung menyambut mentari di pagi nan cerah, begitulah pula datangnya kuncup bahagia di hati sang wanita yang setelah menanti lalu mendengar jawaban lelaki itu. Terkikis sudah senandung cemas yang terbalut penuh harap.
Aduhai pena kami pun semakin bersemangat menarikan goresannya.Sang lelaki pun mengabarkan kepada paman-pamannya agar segera melamar sang wanita, walaupun sang wanita telah menjanda. Iya benar, wanita itu telah menjanda. Suami pertamanya meninggal kemudian wanita itu cerai dengan suami kedua. Namun itu bukanlah sebuah aib. Bukan pula sebuah cela. Adalah skenario dari Allah yang telah menetapkan yang terbaik bagi hamba-Nya. Tak ada yang mampu keluar dari rel takdir.
>Rajutan Tali Pernikahan Nan Pernuh Berkah. . .
Paman lelaki itu datang melamar sang wanita di hadapan pamannya. Maklum, ayah wanita kita ini telah wafat. Mahar dan penentuan akad nikah pun dibicarakan. Disepakati mahar kepada wanita itu berupa lembu dua puluh ekor.Di hari pernikahan, ijab kabul tengah berkumandang.
Lengkaplah sudah kebahagiaan yang menyelimuti sepasang kekasih. Sempurnalah mekar indah pucuk asmara. Telah tiba saatnya biduk harus berlayar di samudera kehidupan. Terhempas sudah karang-karang penantian yang bertengger di taman hati. Adakah jalinan yang indah selain jalinan dan untaian tali pernikahan?Adakah letupan-letupan cinta yang lebih menenteramkan hati sepasang muda-mudi selain dalam ikatan ini?Adakah hubungan yang lebih menabung kebaikan selain hubungan sah secara syar’i?
Aduhai, kami telah tertampar. Kami tertampar pedas oleh pena kami sendiri agar bersegara menyempurnakan separuh din.
>>Saatnya Mengayuh Biduk di Samudera Kehidupan. .

Dan wanita itu pun benar-benar menunjukkan dirinya sebagai wanita yang piawai me-manage perasaan dan alur lalu lintas permasalahan yang mungkin menyerang masing-masing pasangan. Ia tunjukkan sayang nan cinta kepada pangeran hatinya.
Kami dapati bahwa ia adalah wanita dengan mata air kasih yang bercucuran penuh keseejukkan, penuh kelembutan dan kebaikan.Dialah kekasih hati yang menjadi tumpahan berkeluh kesah. Dialah sosok yang nyaman sebagai sandaran bagi sang suami kala raga begitu letih mengarungi dunia luar rumah sekaligus gelanggang dakwah. Sungguh begitu agung nan mulianya wanita ini. Cara pandangnya luas dengan visi yang jauh ke depan. Begitu membantu sang suami dari segi harta maupun spirit.
Suaminya pun adalah orang pilihan yang telah ditetapkan Allah. Kami dapati bahwa dia adalah lelaki yang agung nan mulia pula. Begitu banyak ujian yang lelaki ini alami hingga menjadikan sedih dan gulana. Begitu banyak cercaan dan siksaan yang ia hadapi dari orang-orang yang amat membencinya. Begitu banyak makar dan propaganda untuk membunuhnya. Dan memang demikianlah sunatullah bagi orang-orang yang menyebarkan agama Tuhannya. Akan selalu ada badai yang siap menghantam perjuangan di jalan keimanan.
Ia menyaksikan darah mengalir. Ia menyaksikan pedang terlalu sering beradu. Ia menyaksikan jasad-jasad terbujur kaku. Kami dapati lelaki itu mengalami beberapa kemenangan dan pula kekalahan. Ia saksikan kawan-kawannya terbunuh.
Dialah lelaki yang menebarkan wewangian pesona agama kita yang mulia. Dialah sosok yang tiada pamrih. Tiada ingin dipuja atau dipuji. Dialah sumber kebaikan. Duh, mata pena kami berkaca dan bergetar menuliskan tentangnya.Pantas saja Allah telah menganugerahkan wanita mulia nan brbudi luhur teruntuk lelaki itu. Allah mempersatukan dua kemuliaan untuk memenangkan agama-Nya di muka bumi.
Allahu akbar. .
Allahu akbar…
Begitu mulianya dua insan itu.Pena kami kembali membulirkan air matanya karena kemuliaan mereka.Wahai pena. Kabarkanlah bahwa kami begitu rindu untuk bertemu.<span>
>>Telah Tiba Saatnya Berpisah. . .
Kami kabarkan kembali bahwa wanita kita ini adalah nikmat Allah yang besar bagi sosok lelaki itu. Mereka arungi bahtera cinta selama seperempat abad. Telah berlalu sejuta kenangan. Wanita itu menghibur kecemasan suaminya, memberikan dorongan di saat-saat paling kritis, menyokong penyampaian risalah Tuhannya dan selalu membela pujaan hatinya dengan jiwa, raga dan hartanya.Telah tiba saatnya kita akan berpisah dengan wanita berbudi luhur itu. .Telah tiba saatnya wanita itu harus meninggalkan sang kekasih karena malaikat maut sedang melaksanakan titah Rabb-Nya.
Dan selanjutnyaaaaaa.
Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. . .


Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. . .

Selamat jalan wahai wanita yang melambangkan kesetiaan. .

Selamat jalan jiwa yang tenang. .

Selamat jalan duhai wanita yang berhati lembut di tengah lembah kekerasan. .
Selamat jalan wahai wanita teladan yang mengagumkan. .
Selamat jalan wahai engkau yang membela kemuliaan islam. .
Selamat jalan engkau wahai istri yang arif nan bijaksana. .
Selamat jalan wahai engkau ibunda kaum muslimin, KHADIJAH BINTI KHUWAILID. .

Wahai Bunda,.Kepergianmu telah meninggalkan duka dan sedih bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.. Bagaimana tidak, suka yang terkomposisi duka telah dicicipi bersama di arena kehidupan. Sungguh pilu hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang ditinggal belahan jiwanya..
Tahukah engkau wahai Bunda, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyanjungmu di depan ‘Aisyah sehingga ‘Aisyah pun cemburu.‘Aisyah bertutur di tengah cemburu yang menggebu nan melanda:
“tidaklah aku cemburu atas seseorang dari istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana kecemburuanku atas Khadijah, sedangkan aku belum melihatnya sama sekali. Tetapi Rasul sering menyebutnya dan kadang-kadang beliau menyembelih seekor kambing lalu memotong-motongnya kemudian mengirimkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah. Sehingga kadang-kadang aku berkata kepada beliau:
“sepertinya di dunia ini tak ada wanita kecuali Khadijah.” [1]
Subhanallah.
Begitu cintanya Nabi kami padamu, wahai Ummul Mukminin. Dan memang engkau amat pantas mendapatkannya walau ‘Aisyah memiliki kecantikan dan kepandaian.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memenuhi janjinya bahwa beliau tak akan menduakanmu selama engkau masih hidup dan walau usiamu telah lanjut. Kami mengetahui pula bahwa engkau bertabur putri-putri mulia yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fathimah. Mereka adalah pembela setia suamimu. Begitu abadi cintanya.
Engkau wahai Bunda, seperti yang kami dapati dalam kitab Nisa’ Fii Hayati al-Anbiya bahwa Rasulullah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata sambil memujimu:
“wanita penghuni surga yang paling mulia adalah Khadijah binti Khuwailid.” [2]
Pula dalam kitab yang lain yaitu Nisaa’ Haular Rasul war Radd ‘ala Muftariyaat al-Musytasyriqin , kami dapati pula pujian untukmu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“sebaik-baik wanita di bumi di masanya adalah Maryam binti Imran dan sebaik-baik wanita di bumi di masanya adalah Khadijah binti Khuwailid” [3]
Wahai Bunda, keteguhanmu mendapat limpahan karunia dari Allah. Engkau memiliki andil besar dalam perubahan peradaban bagi para wanita.
Inilah surga Allah menaruh rindu untukmu. Allah dan malaikat Jibril pun menitipkan salam hangat dari langit ke-tujuh untukmu. Dan kepadamu, Allah telah menyediakan rumah istana dari permata. .
subhanallah
Kami dapati dalam kitab ar-Rahiq al-Makhtum bahwa Malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
“wahai Rasulullah. Inilah khadijah, dia telah datang membawa bejana, di dalamnya ada lauk pauk, makanan atau minuman. Sekiranya dia nanti mendatangimu maka sampaikan salam Rabbnya kepadanya serta beritakan padanya kabar gembira perihal istana untuknya di surga yang terbuat dari mutiara, yang tiada kebisingan maupun rasa lelah di dalamnya.” [4]
Akhirnyaaaa. . .


selamat menikmati rumah istana dari mutiara.. selamat jalan ibunda orang-orang beriman. .Biarlah kami senantiasa mengenangmu di kedalaman qolbu. . Menyerap semangatmu yang terbit seiring fajar. .Dan lihatlah namamu ada dalam benak setiap muslimah. . Walaupun tak sesempurnamu, kami harap wanita-wanita kami mampu merengkuh keteladananmu di jalan ilmu. . .


www.negeriiman.blogspot.com

Impian Ukhtii...

“Ya Rabb,,,,

Izinkan aq menjadi sekuntum bunga,
Yg dihiasi dgn kelopak akhlaq mulia,
Harum wanginya dengan ilmu agama,
Cantiknya karna iman N taqwa,

Namun keindahan zahirnya Q simpan rapi,
Biar m’jadi rahsia yg kekal abadi,
Bukan perhatian mata ajnabi,
Yang menjadi puncak fitnah hati,
Illahi Rabbi,,,,,

Timbulkanlah duri yang memagari diri,
Agar diriku terpelihara dari noda duniawi,
Yang akan menghilangkan keharuman sejati,
Yang akan memudarkan kecantikan diri,
Dibalik kekurangan yg tercipta,

Bukanlah alasan untuk bermuram durja,
Karna setiap yang tercipta ada hikmahnya,
Izinkan ya Allah agarku menjadi permata,
Tetap menyinar walau di lumpur hina,
Tetap berharga walau dimana saja,
Buat ummah dan juga keluarga,

Izinkan aq menjadi seindah mawar berduri,
Yang menjadi impian setiap muslimah,
Yang indahnya bukan untuk lelaki,
Tapi permata utk yang bernama suami,,,

www.negeriiman.blogspot.com


Untukmu ukhti..yang begitu menawan hati…^^

oleh Muhammad Iqbal Al-abror pada 20 Desember 2010 jam 10:59
Perubahan Anda sudah disimpan.
Untukmu ukhti..yang begitu menawan hati…^^


wahai ukhti… taukah?
bahwa Allah menciptakanmu dengan sebaik-baik penciptaan..
engkau yang demikian mempesona..tak hanya rupa,bahkan akhlakmu juga menambah kecantikanmu..
santun tutur katamu,lembut perangaimu..senyum yang selalu menghiasi wajahmu,serta tangan yang tiada henti terulur pada saudara-saudaramu yang lain.. taukah?
bahwa dengan begitu Allah menjadi semakin sayang padamu..
kau…ibarat bunga…
yang tiada henti menebar wangi dan keindahan..
taukah? bahwa ada banyak yang begitu iri padamu?
ya.wangimu senantiasa membuat kumbang dan kupu-kupu ingin mendekatimu… mengambil madu darimu…
ahh.tapi bukankah setangkai mawar saja memiliki begitu banyak duri untuk melindungi dirinya dari kumbang-kumbang yang tak berhak atasnya?
mengapa tidak dengan engkau ukhti?yang tentu saja jauh lebih cantik dari sekedar bunga mawar? bila mawar saja bisa bersabar menunggu lebah datang, mengapa tidak dengan engkau ukhti?
sesunggguhnya hanya lebah saja yang berhak atas madu sang mawar, karena kelak ia akan menjadikan madu sang mawar menjadi lebih berarti..menjadi madu yang memiliki begitu banyak manfaat bahkan bagi manusia…
apa jadinya kalau madu itu hanya kumbang saja yang menikmati? bukankah ia hanya akan menjadikan mawar kian layu dan akhirnya… berguguran? ya.duri itu ibarat hijab yang selalu engkau kenakan…bukankah dengan begitu engkau menjadi lebih terjaga?
dan ketahuilah,Allah telah menyiapkan seorang pangeran terbaik untukmu kelak..simpanlah sejuta pesonamu untuknya bila waktunya telah tiba..yang tentu saja ia menjadi berhak sepenuhnya atas dirimu…
karena dengan begitu Allah akan tambah sayang dan kian meridhoimu…
kau…begitu indah… menebar kesejukan bagi siapa saja yang memandangmu..
ahh,ukhti..
alangkah bahagia sekali bila kami mendapatimu tersenyum manis,dan menyapa kami dengan kelembutanmu.. karena bukankah akhlak terpujimu akan membuat kami,saudara-saudaramu semakin mencintaimu.. kami akan menjadi sedih nantinya..bila mendapatimu bermuka masam lagi acuh pada kami…
bunga tampak semakin indah bila ditanam dalam sebuah pot cantik…penuh cinta…maka biarlah dalam pot hati pangeranmu saja kau tumbuh..biarlah ia menjagamu dengan sepenuh hati..dengan segenap kesungguhannya,menjadikanmu bunga terindah dalam hidupnya…
ukhti…kau ibarat lilin kecil yang cantik…
walaupun kecil..tapi kau menebar cahaya di sekelilingmu… kau tengah menjadi pelita di dalam sebuah kegelapan… cahayamu berpendar-pendar…
ahh,betapa cantiknya dirimu ukhti…
taukah?
bahwa di luar sana,ada begitu banyak yang membutuhkan pelita dari cahayamu? maka,berbagilah…
karena dengan begitu kau akan semakin kaya..tak akan miskin kau dengan memberi.. berbagilah…walau hanya dengan sebuah senyuman dan salam hangat yang kau ucapkan…
betapa indahnya,bila kami melihatmu mengajarkan kebaikan pada orang-orang di sekitarmu…mengajak untuk semakin mencintaiNya… tak akan berkurang ilmu yang kau bagikan…tapi ilmu itu akan semakin bertambah…
ahh…ukhti…. begitu banyak perumpamaanmu…yang tak bisa kusebut satu per satu…
duhai engkau yang begitu menawan hati… jangan pernah berhenti menebar wangi dan keindahanmu…terlebih cahayamu yang semakin bersinar terang… karena siapapun dirimu,kau selalu indah di mata kami… kau selalu memiliki arti…
jangan pernah merasa kecil..karena Dia teramat sayang padamu…
hmmm…ukhti…
betapa…
kau semakin mempesona saja kini….^^

www.negeri iman.blogspot.com

Sabtu, 18 Desember 2010

Etika Terhadap hewan

Oleh: Syaikh Abu Bakr Jabir Al-Jazairi


Orang muslim menganggap semua hewan sebagai makhluk yang harus dihormati.  Oleh karena itu, ia menyayanginya karena kasih sayang Allah Ta’ala kepadanya dan menerapkan etika-etika berikut terhadapnya:
1.Memberinya makan-minum, jika hewan-hewan tersebut lapar dan haus, karena dalil-dalil berikut:
Sabda Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam  :
“Terhadap yang mempunyai hati yang basah terdapat pahala.” (Diriwayatkan Ahmad dan Ibnu Majah).
“Siapa tidak menyayangi, ia tidak akan disayangi.” (Muttafaq Alaih)
“Sayangilah siapa saja yang ada di bumi, niscaya kalian disayangi siapa saja yang ada di langit.”  (Diriwayatkan Ath-Thabrani dan Al-Hakim)

2.Menyayanginya, dan berbelas kasih kepadanya, karena dalil-dalil berikut:
Ketika Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam  melihat orang-orang menjadikan burung sebagai sasaran anak panah, beliau bersabda,
“Allah melaknat siapa saja yang menjadikan sesuatu sebagai sasaran.”  (Diriwayatkan Abu Daud dengan sanad shahih)
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam  melarang menahan hewan untuk dibunuh dengan sabdaya:
“Barangsiapa yang menyakiti ini (burung) dengan anaknya; kembalikan anaknya padanya.” (Diriwayatkan Muslim)
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam  bersabda seperti di atas, karena melihat burung terbang mencari anak-anaknya yang diambil salah seorang sahabat dari sarangnya.

3.Jika ia ingin menyembelihnya, atau membunuhnya, maka ia melakukannya dengan baik, karena Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam  bersabda:
“Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik kepada segala hal.  Oleh karena itu, jika kalian membunuh, maka bunuhlah dengan baik.  Jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan baik.  Hendaklah salah seorang dari kalian menenangkan hewan yang akan disembelihnya, dan menajamkan pisaunya.”  (Diriwayatkan Muslim, At Tirmidzi, An-Nasai, Abu Daud, dan Ahmad)

4.Tidak menyiksanya dengan cara-cara penyiksan apa pun baik dengan cara melaparkannya, atau meletakkan padanya muatan yang tidak mampu ia angkut, atau membakarnya dengan api, karena dalil-dalil berikut:
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam  bersabda:
“Seorang wanita masuk neraka karena kucing.  Ia menahannya hingga mati.  Ia masuk neraka karenanya, karena tidak memberinya makan sebab ia menahannya, dan tidak membiarkannya makan serangga-serangga tanah.” (Diriwayatkan Al-Bukhari)
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam  berjalan melewati rumah semut yang terbakar, kemudian beliau bersabda:
“Sesungguhnya siapa pun tidak pantas menyiksa dengan api, kecuali pemilik apai itu sendiri (Allah).”  (Diriwayatkan Abu Daud. Hadits ini shahih)

5. Diperbolehkan membunuh hewan-hewan yang membahayakan, seperti anjing penggigit, serigala, ular, kalajengking, tikus, dan lain sebagainya, karena dalil-dalil berikut:
Sabda Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam  :
“Ada lima hewan membahayakan yang boleh dibunuh di tempat halal dan haram, yaitu ular, burung ggaak yang berwarna belang-belang, tikus, anjing yang suka menggigit, dan burung hudaya (sejenis rajawali).” (Diriwayatkan Muslim)
Diriwayatkan, bahwa diperbolehkan membunuh burung gagak dan melaknatnya.

6. Diperbolehkan mencap telinga hewan untuk kemaslahatan, karena Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam  mencap unta zakat dengan tangannya yang suci.
Sedang pemberian cap kepada selain unta, kambing, dan lembu, maka tidak diperbolehkan, karena Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda ketika melihat keledai dicap, “Allah melaknat oarng yang mencap keledai ini di wajahnya.” (Diriwayatkan Muslim)

7.Mengetahui hak Allah Ta’ala dengan mengeluarkan zakat hewan tersebut, jika hewan tersebut termasuk hewan yang harus dizakati.

8.Sibuk dengannya tidak membuatnya lupa taat kepada Allah Ta’ala dan lalai tidak dzikir kepada-Nya, karena dail-dalil berikut:
Allah Ta’ala berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah.” (Al Munafiqun:9)

Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam  bersabda tentang kuda:
“Kuda terbagi ke dalam tiga jenis, seseorang mendapatkan pahala (karenanya), seseorang mendapat pakaian (karenanya), dan seseorang mendapat dosa (karenanya).  Adapun orang yang mendapat pahala karena kuda ialah orang yang mengikatnya di jalan Allah, dan memperpanjang talinya di tanah lapang, atau padang rumput.  Maka apa saja yang terjadi pada kuda tersebut di tanah lapang atau padang rumput, maka orang tersebut mendapat kebaikan-kebaikan.  Jika orang tersebut memutus talinya, kemudian kuda tersebut berjalan cepat satu langkah, atau dua langkah, maka jejak-jejaknya, kotoran-kotorannya adalah kebaikan-kebaikan baginya, serta kuda tersebut bagi orang tersebut adalah pahala.  Orng sarunya mengikatnya kraena ingin memperkaya diri, namun ia tidak lupa hak Allah di leher, dna tulang punggung kudanya, mak akuda tersebut pakaian untuknya.  Sedang orang satunya mengikatnya untuk sombong,riya’, dan permusuhan, maka kuda tersebut addalah diosa baginya.”  (Diriwayatkan Al-Bukhari)

Inilah sebagian etika yang diterapkan Muslim terhadap hewan karena mentaati Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, dan karena mnegamalkan perintah syariat Isalam yang notabene merupakan syariat rahmat, dna kebaikan universal bagi seluruh makhluk manusia atau hewan.


Diketik ulang dari: “Ensiklopedi Muslim” (terjemahan dari: Minhajul Muslim), Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazari.  Penerbit: Darul Falah, Jakarta. Cet. Pertama: Rajab 1421 H / Oktober 2000, hal.172-175